Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Hikmah’ Category

Abang, aku mau kerja!”

“Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya :)”

“Itu, tetangga kita, dia kerja!”

“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.”

“Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”

“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”

“Apa-apaan sih?”

“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”

“Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”

“Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”

“Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”

“Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”

“Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”

“Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?”

“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”

“Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”

“Jadi, kita harus bagaimana?”

“Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”

“Apa, Bang?”

“Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”

“Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”

“Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”

“Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”

“Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”

“Apa?”

“Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”

“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”

“Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”

“Tapi, Bang?!”

“Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”

“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”

“Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”

“Kalau tidak kaya?”

“Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”

“Apa, Bang?

“Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia.”

***

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
Sumber Grup WA Sahabat Kajian Channel

Read Full Post »

Hidup Bahagia

“Wahai bibi, tolong ceritakan kepadaku bagaimana kalian membina rumah tangga?” Urwah, kemenakan Aisyah RA melontarkan pertanyaan, saat dia menemani hari-hari Aisyah yang tengah berkabung atas kepergian Rasulullah SAW ke pangkuan Sang Khaliq. Sambil tersenyum getir, Aisyah mencoba mengulang kembali kenangan indah yang paling berkesan saat ia masih menjadi istri baginda Rasul. “Demi Allah wahai kemenakanku. Sungguh kami pernah melihat bulan sabit berganti di langit sampai tiga kali berturut-turut dalam dua bulan. Selama itu tidak pernah tungku api menyala di seluruh rumah istri Rasulullah SAW.”

Aisyah RA masih tetap tersenyum meski kalimat itu telah terhenti. Mendengarnya, Urwah kaget dan berkata, “Wahai bibi, bagaimana kalian bisa bertahan hidup bila sedemikian?”

Aisyah lalu menjawab, “Dengan dua benda hitam; yaitu kurma dan air yang tidak jernih. Namun, terkadang beberapa tetangga Rasulullah SAW dari golongan Anshor yang memiliki domba suka mengirimkan susu kepada kami untuk diminum.” (Muttafaq Alaihi).

Subhanallah! Itulah kebahagiaan keluarga bumi yang berhati langit. Ketiadaan materi tidak membuat mereka panik, berespons keras atau meminta cerai dari Rasulullah SAW. Benar, episode hidup keluarga ini telah dipertontonkan Allah SWT kepada umat dan kita semua, bahwa pilihan hidup bahagia meski tak berlandaskan materi dapat dijalankan dengan damai.

Kebersahajaan hidup Rasulullah SAW juga tergambar dalam sebuah hadis riwayat Anas RA; Dari Anas Ra, “Nabi SAW menggadaikan baju besinya dengan sejumlah tepung gandum. Karenanya, aku pun datang kepada Nabi SAW dengan membawa roti gandum dan minyak sayur. Sungguh aku pernah mendengar Beliau bersabda, ‘Keluarga Muhammad tidak pernah memiliki satu sha gandum baik pada pagi maupun sore’.” (HR Bukhari)

Dalam sebuah ayat Allah berfirman, “Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Aththalaaq [65]: 3)

Keluarga Muhammad SAW tidak pernah memiliki nafkah yang cukup untuk menghidupi hari-hari mereka. Akan tetapi, kehidupan mereka berjalan mulia dan keharmonisan pun masih tetap mereka miliki. Jika mereka bisa hidup bahagia tanpa keberadaan nafkah, lalu bagaimana dengan kita?

Read Full Post »

Efisiensi Waktu

IMG_0144

Oleh: Bukhari Ibrahim

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al Ashr ayat 1-3)

Imam Syafi’i dalam menyikapi ayat diatas beliau berkata, “Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya…” Maksud dari perkataan beliau adalah surat ini merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu. Yang tidak mampu menggunakan waktu dialah orang yang dijamin bakal merugi, tak ubahnya seperti orang yang sudah mati. Keberadaannya seperti tak ada, karena tidak mempunyai mamfaat bagi orang lain.

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali-Imran: 133). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, bersegera menuju ampunan Tuhan berarti bersegera melakukan perbuatan yang dapat menutup dosa, yaitu mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Rasulullah SAW mengumpamakan waktu seperti sebilah pedang. Pedang merupakan sesuatu yang berguna sekaligus berbahaya. Apabila kita tidak bisa menggunakannya, maka dia yang akan memotong kita. Semenit saja kita terlena dengan membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa sesuatu yang berarti di dalamnya, berarti kita tidak menghargai umur yang dikaruniakan oleh Allah SWT.

”Apabila engkau berada pada petang hari, janganlah mengulur-ulur urusanmu sampai besok, dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan menunda urusanmu sampai petang. Ambillah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang sakit, dan kesempatan hidupmu sebelum matimu.” (HR Bukhari).

Dari sabda Rasulullah SAW di atas, kita dapat memahami bahwa mengulur-ulur waktu, menunda pekerjaan dan menyia-nyiakan kesempatan sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Karena perbuatan demikian dapat membuat Umat Islam tertinggal dan lemah. Umar bin Abdul Aziz mengatakan waktu adalah momentum untuk berprestasi. Saat beliau diangkat menjadi khalifah menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik. Dengan niat tulus dan suci, dengan jiwa yang kokoh dan bersih, dengan tekat yang membara, ia pikul kekhalifahan yang ia rindukan, ia mengatakan, “Aku akan duduk di sebuah tempat yang tidak kuberikan sedikit pun tempat untuk Syaitan.” Begitulah komitmen umar terhadap efisiensi waktu.

Read Full Post »

Kalau kita menyorot dan merenung agaknya, ada sedikit yang ganjil dalam Perayaan lebaran Idul Adha kali ini dengan perayaan tahun2 sebelumnya. Hari raya kurban kali ini berlangsung di tengah situasi krisis global yang terasa sangat berat bagi sebagian orang. Beberapa media menulis bahwa karyawan yang terancam terkena PHK seluruh Indonesia akhir tahun ini bisa mencapai 60.000 orang, angka yang sangat besar tentunya. PHK dilakukan oleh perusahaan yang sebagian besar bisnisnya berhubungan dengan ekspor impor. Harga dolar yang melangit menjadi salah satu penyebab.

Angka kemiskinan mungkin bakal bertambah. Entahlah bagaimana nasib yang terkena PHK. Sebagian mungkin cari kerja seadanya, sebagian menjadi wiraswasta, dan sebagian yang lain menjadi pengangguran. Mungkin ini semua adalah suatu ujian…

Tentu, setiap Insan pasti pernah merasakan ujian. Mungkin ini sungguh berat. Tapi sebenarnya juga masih banyak yang jauh lebih berat, nasibnya lebih mengenaskan ketimbang kita. Coba kita melirik Para Nabi dan Rasul, mereka berani mengorbankan segalanya demi cintanya kepada Allah dengan menyebarkan risalahnya. Ibrahim menerima ujian bertubi tubi, salah satu yang paling berat adalah perintah menyembelih anaknya satu-satunya yang paling beliu cintai. Kemudian Allah menggantinya dengan kambing dari surga, karena Ibrahim telah lulus ujian berkorban.
Islam telah menyusun dan mengatur tatacara berkorban dengan kemasan yang sempurna supaya kita memahami pengajaran di sebalik peristiwa agung tersebut. Falsafah daripada pensyariatan ibadat ini nanti akan mengekalkan ingatan kita kepada lambang cinta agung Nabi Ibrahim yang mengorbankan puteranya Nabi Ismail demi cinta dan taqarrub mereka kepada Allah s.w.t.

Saat ini, muslim yang sudah mampu menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Semoga saudara kita di sana menjadi haji mabrur, dan doa mereka untuk Bangsa ini semoga terkabul. Kemudian umat Islam yang di sini, yang merasa mampu, juga ikut berkurban menyumbangkan kambing atau sapi yang dagingnya dibagikan kepada sesama.

Semoga momen Idul Adha seperti ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya menjaga ukhuwah, tali silaturahmi, meningkatkan kepedulian antar sesama. Kita bisa bahu membahu, bekerja sama, bersinergi sehingga Islam bisa semakin kokoh bersatu, Indonesia juga bisa terus bangkit dengan kekuatan swadaya, tanpa bantuan dari asing. Semangat Wirausaha sepertinya perlu kita tumbuhkan lagi pada generasi muda bangsa ini, karena dengan tumbuhnya semangat wirausaha tidak bergantung hidup pada orang lain, akan semakin mempercepat pertumbuhan suatu negara..
Ada sedikit kabar dari beberapa pakar ekonomi, ekonomi konvensional yang berlandaskan pada sistem ribawi, ternyata banyak memiliki kekeliruan dan kesalahan dalam sejumlah premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yang telah mengabaikan moral. Para pakar ekonomi seperti Fritjop Chapra dalam bukunya, The Turning Point, Science, Society and The Rising Culture (terj. 1999) dan Ervin Laszio dalam 3rd Millenium, The Challenge and The Vision (terj. 1999), mengungkapkan bahwa kelemahan dan kekeliruan itulah yang antara lain menyebabkan ekonomi (konvensional) tidak berhasil menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi umat manusia.

Tapi jangan pesimis, kebangkitan n kemajuan bangsa ini sudah semakin terlihat, itu terbukti dengan maraknya dari non muslim yang merujuk ke ekonomi syariah, dan banyaknya bank umum yang dulunya konvensional sudah beralih dan membuka unit usaha syariah,mungkin itu hikmah di balik krisis keuangan global yang membawa angin segar sehingga banyak berlabuh di bank syariah, ternyata perbankan syariah adalah perbankan yang tahan banting di tengah krisis keuangan global,, smg perkembangan yang menggembirakan ini dapat membawa angin segar bagi kita semua…Amin..
Wallahu’alam bissawab..

Read Full Post »

Rahasia kedermawanan

Oleh: Bukhari Ibrahim

 

“Perumpamaan mereka yang mendermakan hartanya dijalan Allah seperti (menanam) sebuah biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai(menumbuhkan) seratus biji; dan Allah selalu melipatgandakan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugerah-Nya) lagi maha mengetahui.” QS al-Baqarah ayat 261

 

Dibalik kedermawan tersimpan berbagai rahasia penting yang sangat berguna, tidak hanya untuk di akhirat, bahkan juga untuk kesejahteraan kehidupan didunia. Jika anda makin ingin bertambah luas rejekinya, terhindar dari berbagai bahaya dan bencana serta terbebas dari berbagai macam penyakit, temukanlah empat rahasia dibalik kedermawanan.

 

Rahasia pertama dari kedermawanan adalah nilai balasan yang berlipat ganda. Namun, memegang rahasia ini bukanlah hal yang mudah. Menurut Abu Dzar Al-Ghifari ra., seorang tidak dapat bersedekah sebelum melepas belunggu tujuh puluh setan. Ibnu Abbas ra. Mengingatkan bahwa setan selalu mengecam dengan kemiskinan dan menganjurkan dengan berbuat keji dan kejahatan.

 

Siapa yang dapat melepas belunggu itu, maka dialah orang merdeka, hidup bahagia, dan dapat merasakan makna dari sabda Rasulullah saw. Derma itu bila keluar dari tangan pemiliknya, berkata ia dengan lima kalimat; semula aku adalah kecil, maka engkau telah membesarkanku; semula engkau adalah penjagaku, maka sekarang aku jadi penjagamu; semula aku adalah musuhmu, maka sekarang engkau mencintaiku; aku adalah sesuatu yang punah, maka engkau jadikan aku sesuatu yang kekal; aku adalah bilangan sedikit, maka engkau jadikan aku bilangan jumlah banyak.”

 

Rahasia kedua dari kedermawanan ialah terhindar dari bencana. Rasulullah saw. Bersabda, “sedekah itu menutup tujuh puluh macam bala dan bencana, yang paling ringan di antaranya ialah penyakit kusta dan penyakit kulit.”

 

Rahasia ketiga dari  kedermawanan adalah obat dari berbagai macam penyakit, dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “Obatilah orang-orang yang sakit dengan sedekah.” Hal ini menunjukkan bahwa di balik sedekah terdapat rahasia kesembuhan. Karenanya, orang-orang yang mengetahui rahasia ini memperbanyak sedekah ketika dirinya ataupun anggota keluarganya sedang sakit.

 

keempat rahasia di balik kedermawanan yang sering kali dilupakan, yaitu memelihara harta dari pencurian.. Orang yang rajin bersedekah dengan mendermakan hartanya di jalan Allah, tidak perlu khawatir dengan keamanan harta bendanya, Dia tak perlu khawatir akan kecolongan atau kehilangan. Karena “Semula engkau adalah penjagaku, maka sekarang aku menjadi penjagamu”. Yakinlah dengan kebenaran sabda Rasulullah saw. Insya Allah akan kita temukan rahasianya

 

Read Full Post »

Kerinduan

rumah-copy.jpgOleh: Bukhari Ibrahim

Cinta (al-hubb) berarti kecenderungan tabi’at terhadap sesuatu yang dirasakan nyaman. Jika kecenderungan itu begitu kuat, maka ia dinamakan al-isyq (kerinduan). Dalam kondisi rindu seseorang sanggup menjadi budak bagi yang dicintai dan dirindukannya itu dan sudi menginfaqkan apa yang dimiliki karenanya. Coba kita lihat zulaikha, demi cintanya dia rela kehilangan semua yang dimiliki bahkan kecantikanya.

Zulaikha adalah seorang wanita yang kaya raya, memiliki mutiara emas permata dan kalung sebanyak berat muatan tujuh puluh unta. Dia rela mengimfakkan semuanya demi cintanya pada Yusuf. Setiap orang yang berkata kepadanya: “Suatu hari aku melihat Yusuf.” Maka Zulaikha memberinya satu kalung yang dapat membuatnya kaya raya. Hingga tak tersisa sedikitpun dari mutiara dan perhiasannya tersebut.

Karena cinta dan kerinduannya yang begitu dalam kepada Yusuf, dia menamakan segala sesuatu dengan nama Yusuf. Dia tidak ingat apapun selain Yusuf. Ketika ia mengangkat wajahnya kelangit, yang ia lihat hanyalah nama Yusuf yang terukir indah pada bintang-bintang. Kemudian dalam satu riwayat, setelah Zulaikha beriman dan dinikahi oleh Yusuf as. Dia selalu menyendiri menghindar  dari Yusuf dan menyepi untuk beribadah. Dia benar-benar tenggelam dalam keasyikan beribadah kepada Allah swt.

Ketika Yusuf mengajaknya ke tempat tidur ia menepis dan menyanggupinya di malam hari. Dan ketika Yusuf mengajaknya di malam hari, ia menundanya hingga siang hari. Zulaikha berkata: “Wahai Yusuf, sebelum mengenal Allah, saya hanya cinta kepadamu, tapi setelah aku mengenalNya, maka cintaku kepada-Nya tak menyisakan untuk mencintai yang lain, dan aku menginginkan cintaku kepada-Nya, tak diganti oleh yang selain-Nya.

Yusuf berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah swt memerintah kepadaku untuk melakukan hal itu (berhubungan badan) denganmu. Dia mengkhabarkan kepadaku, bahwa dia akan mengeluarkan dua orang anak dari(melalui)mu yang akan dia jadikan sebagai Nabi.” Zulaikha berkata: Jika memang Allah yang memerintah untuk melakukan hal itu dan menjadikan aku sebagai jalan mewujutkannya, maka hal itu menjadi sebuah ketaatan terhadap perintah Allah, maka silakan anda melakukannya.” Dengan demikian maka zulaikha menjadi tenang dalam dekapan Yusuf as.

Jadi rasa cinta kepada Allah yang luar biasa yang menggetarkan hati Zulaikha, sehingga ketika yang ada di hatinya adalah Allah, yang lain dengan sendirinya menjadi kecil dan terusir. Rasa rindu kepada Allah yang dahsyat sampai membuat hatinya bisa merana. Jika kita merasa merana karena Rindu kepada Allah, kau tak mungkin merana karena rindu pada yang lain. Jika kau telah sibuk memikirkan Allah, kau tidak akan sibuk memikirkan yang lain, Karena Cinta dan rindu yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Read Full Post »

Wanita Shalihah

Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, mengalahkan tumpukan Emas, intan dan permata serta perhiasan dunia apapun. hanya wanita shalihlah yang mampu melahirkan generasi rabbani yang selalu siap memikul risalah Islamiyah menuju puncak kejayaan

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”.(HR.Muslim).

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga akhlaknya.

Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasamalu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make upapa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses.

Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman disekelilingnya. ”

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius.

Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita.

Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang shalehah, sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).

 

Read Full Post »

Kematian

untitled.jpgOleh : Bukhari Ibrahim

“Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8) 

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti. 

Kematian adalah pengingat yang paling terang di mata manusia. Ia mengingatkan kita akan janji Allah, tentang kepastian semua makhluk merasakan mati.Ia juga mengingatkan akan rahasia kematian dan kesudahan segala makhluk. Ia juga melenyapkan segala bentuk kenikmatan dunia. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan dunia. 

Karena kematian melenyapkan segala kenikmatan dunia, kita dianjurkan untuk mencari kelezatan yang tiada kematiannya.  Yaitu kelezatan akhirat lewat beribadah dan beramal shalih.Namun bersamaannya saat menikmati kelezatan dunia dengan upaya mencari kelezatan akhirat, membuat sebahagian kita lupa akan nasehat kematian yang setiap saat membisiki telinga kita dengan kematian-kematian yang terjadi pada orang lain, dan kita sedang menunggu saat itu.  

Imam al-Ghazali mengajak kita untuk memperbanyak kenang-kenangan terhadap kawan-kawan yang telah mendahului kita. Kenang-kenanglah awal dan akhir keberadaan mereka, kedudukan mereka, dan sebagainya. Segala yang berasal dari Allah akan kembali kepadaNya. Tapi jangan lupa bahwa kita juga merupakan sasaran dari kematian, kita tidak akan pernah lolos dari kematian.

Kalau kita menyadari kondisi ini mestinya kita justru mencari cara terbaik untuk menghadapi kematian, bukan menghindarinya. Kemanapun kita berlari, pergi bersembunyi, kematian tetap akan menemukan kita. Ini sebuah fakta yang harus kita hadapi. Kematian adalah sesuatu yang wajar, sesuatu yang terjadi secara alamiah karena semua yang lahir harus menghadapi kematian. 

Read Full Post »

Kesetiaan Suami

kjxchjv1.jpg

Oleh: Bukhari Ibrahim

 Suatu hari, seorang nenek datang menemui Rasulullah SAW. Rasulullah bertanya, ”Siapakah Anda wahai nenek?” ”Aku adalah Jutsamah al-Muzaniah,” jawab wanita tua itu. Rasulullah SAW berkata, ”Wahai nenek, sesungguhnya aku mengenalmu, engkau adalah wanita yang baik hati, bagaimana kabarmu dan keluargamu, bagaimana pula keadaanmu sekarang setelah kita berpisah sekian lama?”

Nenek itu menjawab, ”Alhamdulillah kami dalam keadaan baik. Terima kasih, Rasulullah.” Tak lama setelah nenek pergi meninggalkan Rasulullah SAW, muncullah Aisyah RA seraya berkata, ”Wahai Rasulullah SAW, seperti inikah engkau menyambut dan memuliakan seorang wanita tua?” Rasulullah menimpali, ”Iya, dahulu nenek itu selalu mengunjungi kami ketika Khadijah masih hidup. Sesungguhnya melestarikan persahabatan adalah bagian dari iman.”

Karena kejadian itu, Aisyah mengatakan, ”Tak seorang pun dari istri-istri nabi yang aku cemburui lebih dalam selain Khadijah, meski aku belum pernah melihatnya, namun Rasulullah SAW seringkali menyebutnya. Suatu kali beliau menyembelih kambing lalu memotong-motong dagingnya dan membagikan kepada sahabat-sahabat karib Khadijah.” Rasulullah SAW menanggapinya dan berkata, ”Wahai Aisyah, begitulah realitanya. Sesungguhnya darinya aku memperoleh anak.”

Dalam kesempatan lain, Aisyah berkata, ”Aku sangat cemburu pada Khadijah karena sering disebut Rasulullah SAW, sampai-sampai aku berkata, wahai Rasulullah, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kemerah-merahan itu, sementara Allah SWT telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?”

Rasulullah SAW menjawab, ”Demi Allah SWT, tak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustakanku, ia melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah SWT menganugerahkan anak kepadaku darinya.” Kecantikan Aisyah ternyata tidak begitu saja memperdayakan Rasulullah SAW untuk melupakan jasa baik dan pengorbanan Khadijah, betapapun usianya yang lebih tua.

Itulah sepenggal kisah tentang kesetiaan hakiki, bukan kesetiaan semu. Kesetiaan imani, bukan materi. Kesetiaan yang dilandasi rasa cinta kepada Allah SWT, bukan cinta nafsu setani. Kesetiaan suami kepada istri yang telah lama mengarungi rumah tangga dalam segala suka maupun duka.

Read Full Post »

Wanita dalam Islam

kjxchjv.jpg

Oleh: Bukhari Ibrahim

Islam sangat menghormati wanita. Baik sebagai seorang ibu, seorang istri, atau pun seorang anak. Bahkan juga sebagai seorang kawan dan anggota masyarakat pada umumnya. 

Perintah untuk menghormati para wanita tersebar di mana-mana. Di dalam Al-Qur’an dalam bentuk firman Allah, dalam hadits Rasulullah saw, atau pun di berbagai perilaku yang dicontohkan oleh para sahabat nabi. Islam adalah agama yang sangat menghormati wanita. 

Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: wahai rasul, siapakah orang yang harus saya hormati di dunia Maka Rasulullah menjawab: Ibumu. Setelah itu siapa lagi ya Rasul? Rasulullah menjawab lagi: ibumu. Setelah itu siapa? Dijawab lagi: ibumu. Dan setelah itu siapa? Barulah Rasulullah menjawab: bapakmu. 

Hadits ini sungguh luar biasa. Di tengah-tengah perlakuan biadab masyarakat lelaki terhadap perempuan di zaman jahiliah, Rasulullah justru memberikan jawaban di atas. Bahwa orang yang harus paling kita muliakan dan kita hormati adalah seorang wanita: ibu kita. 

Firman Allah: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. QS. Al Israa’ (17): 23 

Bukan hanya kepada ibu, Islam juga memberikan contoh kepada kita agar memperlakukan anak-anak perempuan kita dengan baik dan penuh kasih sayang. Jangan seperti jaman Jahiliyah dimana seorang ayah tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup. 

Rasulullah saw adalah contoh konkret bagaimana seorang ayah bersikap kepada anak perempuannya. Suatu ketika, Fatimah datang ke rumah nabi. Ketika itu Fatimah sudah berkeluarga dengan Ali bin Abi Thalib. Waktu itu, Rasul saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabat di rumah beliau. Mendengar anaknya datang, Rasulullah minta ijin kepada para tamunya untuk menyongsong puterinya ke luar pintu. Betapa menghargai dan sayangnya kepada puterinya.  

Jadi, kita harus proporsional dalam memahami persoalan gender ini. Jangan terlalu berlebihan untuk menyamakan wanita dengan lelaki. Tetapi juga jangan berlebihan merendahkan martabatnya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya, sesuai dengan fitrah yang mengiringinya. Bergantung di mana mereka berkiprah dalam kehidupannya.

Read Full Post »

Older Posts »